LAPORAN
PRAKTIKUM
FISIOLOGI TUMBUHAN
PERCOBAAN VII
PERKEMBANGAN KECAMBAH DALAM GELAP DAN TERANG
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perkembangan merupakan suatu perubahan yang teratur dan berkembang
umumnya menuju keadaan yang lebih tinggi, lebih
teratur dan lebih kompleks. Perkembangan dikenal juga dengan morfogenesis. Perkembangan meliputi proses tumbuh dan
diferensiasi. Selain dengan mengukur volume parameter lain dalam mengukur
pertumbuhan adalah dengan mengukur berat basah dan berat kering tumbuhan.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan
proses yang penting dalam kehidupan dan perkembangbiakan suatu spesies. Pertumbuhan dan
perkembangan berlangsung secara terus menerus sepanjang daur hidup, tergantung pada
tersedianya merisitem, hasil asimilasi, hormone, dan substansi pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang mendukung.
Perkembangan memerlukan suhu yang cocok, banyaknya air yang memadai, dan persediaan oksigen
yang cukup. Periode dormansi juga merupakan persyaratan bagi perkecambahan
banyak biji sebagai contoh, biji buah apel hanya dapat berkecambah setelah masa
dingin yang lama. Ada bukti bahwa perkecambahan kimia terbentuk di dalam
bijinya ketika terbentuk. Pencegahan ini lambat laun akan dipecah pada suhu
rendah sampai tidak lagi memadai untuk menghalangi perkecambahan ketika kondisi
lainnya membaik.
Berdasarkan hal di atas maka
dilakukanlah percobaan mengenai perkembangan kecambah dalam gelap dan terang.
I.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya percobaan
ini, yaitu untuk mempelajari pengaruh cahaya terhadap perkembangan kecambah
kacang hijau Phaseolus radiatus.
I.3 Waktu dan Tempat
Percobaan ini berlangsung pada hari Senin, tanggal 15 Nopember
2010, pada pukul 14.00 – 17.00 WITA, bertempat di
Laboratorium Botani, Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pengamatan ini dilakukan selama 1 minggu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perkecambahan adalah tumbuhnya embrio dalam biji secara perlahan menjadi
tumbuhan dewasa. Perkecambahan
dipengaruhi oleh faktor eksternal (kadar air, suhu, oksigen, dan cahaya) dan
faktor internal (hormon, kematangan embrio, dann sifat dormansi biji) (Suhendar, 2010).
Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan air dari
lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan
yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi. Biji
menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun dari udara
(dalam bentuk uap air ataupun embun). Efek yang terjadi membesarnya ukuran biji
karena sel-sel embrio membesar dan biji yang melunak (Latunra, 2010).
Mengukur pertumbuhan
diperlukan pengukuran volume pertumbuhan. Volume pertumbuhan sangat bergantung
terhadap perubahan status air di dalam pertumbuhan. Dua pertumbuhan yang sama
pertumbuhannya, dapat berbeda volumenya jika yang satu diukur dalam keadaan
turgor dan yang lain diukur dalam keadaan layu. Oleh karena itu, pengukuran
pertumbuhan sering dilakukan dengan mengukur panjang, lebar, dan luas (Latunra,
2010).
Pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan diawali dengan pertumbuhan bakal biji dan bakal buah. Tahap berikutnya
yaitu perkecambahan. Tumbuhan yang telah mengalami perkecambahan kemudian akan
mengalami pertumbuhan sampai akhirnya menjadi tumbuhan dewasa yang dapat
menghasilkan biji kembali (Aryulina, dkk., 2007).
Perkembangan bakal biji
terbagi atas perkembangan endosperm, perkembangan embrio, dan struktur biji
yang matang. Pada perkembangan endosperm, endosperm tumbuh dan berkembang lebih
dahulu dibandingkan pertumbuhan dan perkembangan embrio. Endosperm kaya akan
cadangan makanan. Cadangan makanan tersebut digunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan embrio (Aryulina, dkk., 2007).
Pertumbuhan dan perkembangan
embrio diawali dengan pembelahan zigot secara mitosis menghasilkan sel basal
dan sel terminal. Sel basal berkembang menjadi suspensor yang berfungsi sebagai
penghubung antara embrio dan kulit bakal biji, serta mengalirkan nutrisi dari
tumbuhan induk atau endosperm. Sel terminal berkembang menjadi proembrio yang
melekat pada suspensor. Embrio berkembang membentuk ujung batang dan ujung akar
(Aryulina, dkk., 2007).
Berdasarkan letak kotiledonnya, perkecambahan dibedakan atas beberapa jenis, yaitu (Aryulina, dkk., 2007):
1.
Perkecambahan tipe epigaeal
Perkecambahan yang
ditandai dengan hipokotil terangkat
keatas permukaan tanah. Kotiledon sebagai cadangan energi akan melakukan proses pembelahan dengan sangat
cepat untuk membentuk daun. Biasanya terjadi pada tanaman dikotil, contohnya
kacang hijau.
2.
Perkecambahan tipe hipogaeal
Perkecambahan yang
ditandai dengan terbentuknya bakal
batang yang muncul ke permukaan tanah, sedangkan kotiledon tetap berada dalam
tanah (hipokotil tetap berada dalam tanah). Biasanya terjadi pada
tanaman monokotil, contohnya kacang
kapri.
Urutan proses
perkecambahan, yaitu (Suhendar,
2010):
1.
Imbibisi yaitu masuknya air ke dalam
biji.
2.
Aktifnya enzim-enzim untuk proses metabolisme,
membongkar cadangan makanan dalam kotiledon/ endosperm. Hasil pembongkaran berupa sumber energi
sebagai bahan penyusun komponen sel, dan pertumbuhan embrio.
3.
Embrio tumbuh dann berkembang.
Banyak faktor yang mepengaruhi pertumbuhan dan perkembangan di antaranya adalah faktor genetik untuk internal
dan faktor eksternal terdiri dari cahaya, kelembapan, suhu, air, dan hormon.
Untuk proses perkecambahan banyak di pengaruhi oleh faktor cahaya dan hormon,
walaupun faktor yang lain ikut mempengaruhi. Menurut leteratur perkecambahan di
pengaruhi oleh hormon auksin,
jika melakukan perkecambahan di tempat yang gelap maka akan tumbuh lebih cepat
namun bengkok, hal itu disebabkan karena hormon auksin sangat peka terhadap cahaya, jika
pertumbuhannya kurang merata. Sedangkan di tempat yang perkecambahan akan
terjadi relatif lebih lama, hal itu juga di sebabkan pengaruh hormon auxin yang
aktif secara merata ketika terkena cahaya. Sehingga di hasilkan tumbuhan yang
normal atau lurus menjulur ke atas (Soerga, 2010).
Cahaya mempengaruhi perkecambahan dengan tiga cara, yaitu dengan
intensitas (kuantitas) cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan
fotoperiodisitas (panjang hari). Kuantitas
cahaya berhubungan dengan
intensitas tinggi dari cahaya yang dapat
meningkatkan perkecambahan pada biji-biji yang positively photoblastic
(perkecambahannya dipercepat oleh cahaya), jika penyinaran intensitas tinggi ini diberikan dalam durasi waktu
yang pendek. Hal ini tidak berlaku pada biji yang bersifat negatively
photoblastic (perkecambahannya dihambat oleh cahaya) (Elisa, 2006).
Biji positively photoblastic yang disimpan dalam kondisi imbibisi dalam
gelap untuk jangka waktu lama akan berubah menjadi tidak responsif terhadap
cahaya, dan hal ini disebut skotodormant. Sebaliknya, biji yang bersifat
negatively photoblastic menjadi photodormant jika dikenai cahaya. Kedua dormansi
ini dapat dipatahkan dengan temperatur rendah (Elisa, 2006).
Kualitas cahaya berhubungan
dengan penyebabkan terjadinya perkecambahan yaitu daerah merah dari spektrum (red; 650
nm), sedangkan sinar infra merah (far red; 730 nm) menghambat perkecambahan.
Efek dari kedua daerah di spektrum ini adalah mutually antagonistic (sama
sekali bertentangan), jika
diberikan bergantian, maka efek yang terjadi kemudian dipengaruhi oleh spektrum
yang terakhir kali diberikan (Elisa,
2006).
Dalam hal ini, biji mempunyai 2 pigmen yang photoreversible (dapat berada
dalam 2 kondisi alternatif) (Elisa, 2006):
P650 :
mengabsorbir di daerah merah
P730 :
mengabsorbir di daerah infra merah
Jika biji dikenai sinar merah (red; 650 nm), maka pigmen P650 diubah
menjadi P730. P730 inilah yang menghasilkan sederetan aksi-aksi yang
menyebabkan terjadinya perkecambahan. Sebaliknya jika P730 dikenai sinar infra
merah (far-red; 730 nm), maka pigmen berubah kembali menjadi P650 dan
terhambatlah proses perkecambahan (Elisa, 2006).
Kebutuhan akan cahaya untuk perkecambahan dapat diganti oleh temperatur
yang diubah-ubah. Kebutuhan akan cahaya untuk pematahan dormansi juga dapat
digantikan oleh zat kimia seperti KNO3, thiourea, dan asam giberelin (Elisa, 2006).
Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji dapat dikelompokkan
dalam: (a) faktor lingkungan eksternal, seperti cahaya, temperatur, dan air;
(b) faktor internal, seperti kulit biji, kematangan embrio, adanya inhibitor,
dan rendahnya zat perangsang tumbuh; (c) faktor waktu, yaitu waktu setelah
pematangan, hilangnya inhibitor, dan sintesis zat perangsang tumbuh. Dormansi
pada biji dapat dipatahkan dengan perlakuan mekanis, cahaya, temperatur, dan
bahan kimia. Proses perkecambahan dalam biji dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu proses perkecambahan fisiologis dan proses perkecambahan morfologis.
Sedangkan dormansi yang terjadi pada tunas-tunas lateral merupakan pengaruh
korelatif dimana ujung batang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
bagian tumbuhan lainnya yang dikenal dengan dominansi apikal. Derajat dominansi
apikal ditentukan oleh umur fisiologis tumbuhan tersebut (Anonim, 2010).
Perkecambahan biji adalah kulminasi dari serangkaian kompleks
proses-proses metabolik, yang masing-masing harus berlangsung tanpa gangguan.
Tiap substansi yang menghambat salah satu proses akan berakibat pada
terhambatnya seluruh rangkaian proses perkecambahan. Beberapa zat penghambat
dalam biji yang telah berhasil diisolir adalah soumarin dan lacton tidak jenuh;
namun lokasi penghambatannya sukar ditentukan karena daerah kerjanya berbeda
dengan tempat di mana zat tersebut diisolir. Zat penghambat dapat berada dalam
embrio, endosperm, kulit biji maupun daging buah (Elisa, 2006).
Biji-bijian dari banyak spesies tidak akan berkecambah pada keadaan gelap,
biji-biji itu memerlukan rangsangan cahaya. Karena itu kelihatannya
perkecambahan yang dikendalikan cahaya merupakan satu adaptasi tanaman yang
tidak toleran terhadap penaungan. Cahaya sendiri memiliki suatu intensitas,
kerapatan pengaliran atau intensitas menunjukkan pengaruh primernya terhadap
fotosintesis dan pengaruh sekundernya pada morfogenetika pada intensitas
rendah, tetapi sebagian memerlukan energi yang lebih besar (Zhamal, 2008).
Adanya penyinaran sinar matahari akan menimbulkan cahaya. Sedang cahaya
sangat dibutuhkan untuk :Pembentukan zat warna hijau (chlorophyll),
Pertumbuhan tanaman dan kwalitas daripada produksi. Tanaman yang kurang cahaya matahari pertumbuhannya lemah, pucat dan memanjang. Setiap jenis sayuran menghendaki syarat-syarat yang sangat berlawanan, ada suatu jenis yang menghendaki penyinaran panjang, ada pula yang pendek. Yang dimaksud penyinaran panjang ialah lebih dari 12 jam, sedang penyinaran pendek kurang dari 12 jam (Zhamal, 2008).
Pertumbuhan tanaman dan kwalitas daripada produksi. Tanaman yang kurang cahaya matahari pertumbuhannya lemah, pucat dan memanjang. Setiap jenis sayuran menghendaki syarat-syarat yang sangat berlawanan, ada suatu jenis yang menghendaki penyinaran panjang, ada pula yang pendek. Yang dimaksud penyinaran panjang ialah lebih dari 12 jam, sedang penyinaran pendek kurang dari 12 jam (Zhamal, 2008).
Tumbuhan yang tumbuh pada
tempat yang gelap berbeda dengan tumbuhan yang tumbuh di tempat yang terang.
Umumnya, tumbuhan yang berada pada tempat yang gelap kurus, layu, berwarna
pucat, tetapi batangnya mengalami pertumbuhan yang sangat cepat. Sebaliknya,
pada tumbuhan yang berada di tempat yang terang daunnya berwarna hijau segar,
batangnya kuat, tetapi pendek. Hal ini disebabkan pengaruh hormon auksin yang
berfungsi untuk memperpanjang sel pada tanaman tersebut. Sifat kerja hormon
auksin dihambat oleh cahaya. Oleh sebab itu tinggi tanaman yang berada di
tempat yang terang lebih pendek dibandingkan dengan tanaman yang berada di
tempat yang gelap (Aryulina, dkk., 2007).
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
III.1 Alat-alat Percobaan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas ukur, silet, dan alat ukur.
III.2 Bahan-bahan Percobaan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah 45 biji kacang hijau Phaseolus radiatus, tanah/ pasir,
aquadest, dan polibag.
III.3 Prosedur Kerja
1.
Mmilih 45
biji kacang hijau dengan ukuran yang kurang lebih sama.
2.
Membagi menjadi
3 kelompok, masing-masing berisi 15 biji kacang hijau.
3. Merendam ketiga kelompok biji tersebut
selama 2 hari.
4. Setelah
2 hari, mengambil 5 biji dari tabung I kemudian membelahnya dan mengamati
embrio. Biji pada tabung kedua ditanam dalam polibag di tempat yang gelap, dan
biji pada tabung ketiga ditanam dalam polibag di tempat yang terang.
5. Melakukan pengamatan selama 1 Minggu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Tabel Pengamatan
·
Tabel
panjang embrio
Biji
|
Panjang Embrio
(cm)
|
1
|
0,2
|
2
|
0,3
|
3
|
0,2
|
4
|
0,2
|
5
|
0,3
|
Rata-rata
|
0,24
|
·
Tabel
tinggi kecambah pada tempat yang gelap
Biji
|
Tinggi Kecambah
(cm)
|
1
|
10
|
2
|
17
|
3
|
25
|
4
|
25
|
5
|
15
|
6
|
19
|
7
|
12
|
8
|
11,5
|
9
|
21
|
10
|
25
|
11
|
20
|
12
|
15
|
13
|
23
|
14
|
10
|
15
|
20
|
·
Tabel
tinggi kecambah pada tempat yang terang
Biji
|
Tinggi Kecambah
(cm)
|
1
|
5
|
2
|
6
|
3
|
7
|
4
|
9
|
5
|
9
|
6
|
7
|
7
|
5
|
8
|
9
|
9
|
4
|
10
|
5
|
11
|
6
|
12
|
7
|
13
|
4
|
14
|
4
|
15
|
7
|
IV.2 Pembahasan
·
Pengamatan
panjang embrio
Percobaan ini menggunakan kacang
hijau yang
kemudian direndam dengan air selama
2 hari. Perendaman ini bertujuan
untuk mempercepat pertumbuhan embrio dimana dapat terjadi perkembangan pada
biji ini saat dalam perendaman.
Setelah direndam selama 2 hari, biji dikuliti lalu dibelah. Pembelahan ini dilakukan agar panjang embrio dapat dilihat dan diukur. Hasil yang diperoleh yaitu panjang embrio biji pertama 0,2 cm, biji kedua 0,3 cm, biji ketiga 0,2 cm, biji keempat 0,2 cm, dan biji kelima 0,2 cm. Adapun panjang rata-rata yang diperoleh, yaitu 0,24 cm.
Setelah direndam selama 2 hari, biji dikuliti lalu dibelah. Pembelahan ini dilakukan agar panjang embrio dapat dilihat dan diukur. Hasil yang diperoleh yaitu panjang embrio biji pertama 0,2 cm, biji kedua 0,3 cm, biji ketiga 0,2 cm, biji keempat 0,2 cm, dan biji kelima 0,2 cm. Adapun panjang rata-rata yang diperoleh, yaitu 0,24 cm.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, ternyata panjang embrio yang telah
diukur berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu keadaan dari biji itu sendiri yang memiliki biji keras
sehingga dapat menghambat pertumbuhan embrionya. Selain itu juga disebabkan oleh faktor
lingkungan, yaitu ketersediaan air dan suhu. Apabila
kekurangan air maka dapat
menghambat embrio untuk tumbuh sedangkan bila air mencukupi maka
embrio dapat lebih cepat tumbuh sebab
air dapat membantu kulit biji untuk mengelupas sehingga embrio dapat dengan mudah keluar dan
memulai suatu perkecambahan. Begitupun dengan suhu, suhu yang
tinggi menyebabkan pertumbuhan embrio kerdil sedangkan pada suhu yang rendah
pertumbuhan embrio lebih cepat.
·
Tinggi
kecambah pada tempat yang gelap
Berdasarkan hasil pengamatan, maka dapat diketahui
bahwa pertumbuhan kecambah pada tempat
yang gelap memiliki tinggi yang berbeda-beda. Biji yang memiliki kecambah paling
tinggi terdapat pada biji ketiga, keempat, dan kesepuluh, dimana tingginya
mencapai 25 cm. Umumnya tinggi kecambah pada tempat gelap memiliki tinggi di
atas 10 cm. Ini disebabkan kerja hormon auksin tidak dihambat oleh cahaya
matahari sehingga batangnya dapat melakukan pembelahan. Sebagai akibatnya,
kecambah yang tumbuh pada tempat yang gelap memiliki warna yang hijau pucat,
kurus, dan tidak kuat.
·
Tinggi
kecambah pada tempat yang terang
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, dapat diketahui bahwa pertumbuhan
kecambah pada tempat yang terang juga memiliki tinggi
yang berbeda-beda, kecambah yang paling tinggi terdapat pada biji keempat, kelima,
dan kedelapan, yaitu tingginya mencapai 9 cm. Umumnya kecambah pada tempat yang
terang, tingginya tidak lebih dari 9 cm atau dengan kata lain lebih pendek jika
dibandingkan dengan tinggi kecambah pada tempat yang gelap. Hal ini dikarenakan
kerja hormon auksin untuk mempercepat pembelahan sel terhambat oleh adanya
cahaya matahari. Meskipun demikian, kecambah yang tumbuh pada tempat terang
memiliki daun dengan tekstur warna hijau segar dan batangnya kuat.
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada percobaan ini dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1.
Panjang
embrio pada biji kacang hijau Phaseolus
radiatus umunya mempunyai ukuran yang sama dengan panjang rata-rata 0,24
cm.
2.
Biji
kacang hijau Phaseolus radiatus yang
ditanam pada tempat gelap akan tumbuh menjadi kecambah dengan tinggi maksimum mencapai
25 cm yang terdapat pada biji ketiga, keempat, dan kesepuluh. Hal ini sudah
sesuai dengan teori karena kerja hormon auksin tidak dihambat apabila biji
ditanam pada tempat yang gelap.
3.
Biji
kacang hijau Phaseolus radiatus yang
ditanam pada daerah terang akan tumbuh menjadi kecambah dengan tinggi maksimum
mencapai 9 cm yang terdapat pada biji keempat, kelima, dan kedelapan. Ini sudah
sesuai dengan teori karena kerja hormon auksin dihambat oleh cahaya matahari.
4.
Faktor-faktor
yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman
maupun embrio meliputi faktor dari dalam
yaitu hormon dan faktor lingkungan seperti ketersediaan air, cahaya matahari, dan kesuburan tanah.
V.2. Saran
Sebaiknya peralatan dalam laboratorium dapat diperbaiki dan dilengkapi sehingga dapat memudahkan praktikan dalam melakukan
percobaan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Dormansi Benih dan Pemecahannya. http://pustaka.ut.ac.id//. Diakses pada tanggal 13 Nopember 2010 pukul 18.00 WITA.
Aryulina, D., dkk., 2007. Biologi 3. Esis, Jakarta.
Elisa, 2006. Dormansi dan
Perkecambahan Biji. http://elisa.ugm.ac.id/. Diakses pada tanggal 13 Oktober
2010 pukul 18.00 WITA.
Latunra, A. Ilham, 2010. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan.
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Soerga, N., 2010. Pola Pertumbuhan
Tanaman. http://soearga.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 13 Nopember 2010
pukul 18.00 WITA.
Suhendar, T., 2010. Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan. http://laporan-praktukum-pertumbuhan-dan.html. Diakses pada tanggal 13 Nopember 2010
pukul 18.00 WITA.
Zhamal, 2008. Pengaruh Cahaya Terhadap
Pertumbuhan Biji Kacang Hijau. http://catatanzhamal.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 13 Nopember 2010 pukul 18.00 WITA.
0 comments:
Post a Comment