LAPORAN
PRAKTIKUM
FISIOLOGI TUMBUHAN
PERCOBAAN IV
STOMATA DAN FOTOSINTESIS
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Fotosintesis adalah suatu proses yang hanya terjadi pada tumbuhan yang
berklorofil dan bakteri fotosintetik,
dimana energi matahari (dalam bentuk foton) ditangkap dan diubah menjadi energi kimia (ATP dan
NADPH). Energi kimia ini akan digunakan untuk
fotosintesa karbohidrat dari air dan karbon dioksida. Jadi, seluruh molekul organik lainnya dari tanaman disintesa
dari energi dan adanya organisme hidup lainnya
tergantung pada kemampuan tumbuhan atau bakteri fotosintetik untuk berfotosintesis.
Klorofil adalah pigmen hijau fotosintetis yang terdapat dalam tanaman,
Algae
dan
Cynobacteria. Nama chlorophyl
berasal dari bahasa Yunani kuno: choloros= green (hijau), and phyllon= leaf (daun). Fungsi krolofil pada
tanaman adalah menyerap energi dari
sinar matahari untuk digunakan dalam proses fotosintetis yaitu suatu proses biokimia dimana tanaman
mensintesis karbohidrat (gula menjadi pati), dari gas karbon dioksida dan air dengan bantuan sinar matahari.
Fotosintesis yang dilakukan tumbuhan terjadi dalam bagian daun dari tumbuhan itu sendiri yaitu bagian yang mengandung
klorofil. Selain itu ada pula bagian dari dalam daun yang berperan dalam proses
terjadinya fotosintesis tersebut yaitu stoma. Stoma merupakan mulut daun yang
dalam fotosintesis ini berfungsi menangkap karbondioksida dari lingkungan yang
berikutnya digunakan sebagai bahan fotosintesis.
Berdasarkan
hal di atas maka dilakukanlah percobaan ini untuk melihat hubungan antara
stomata dengan fotosintesis.
I.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya percobaan ini,
yaitu untuk melihat hubungan antara stomata dengan fotosintesis dari tanaman tanjung
Mimusops elengi.
I.3 Waktu dan Tempat
Percobaan ini berlangsung pada hari Jumat, tanggal 3 Desember
2010, pada pukul 14.00 – 17.00 WITA, bertempat di
Laboratorium Botani, Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fotosintesis merupakan suatu proses biokimia yang dilakukan tumbuhan,
untuk memproduksi energi dengan memanfaatkan energi cahaya. Hampir semua
makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis ini dan akhirnya fotosintesis menjadi
sangat penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan
sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi (Anonim, 2010).
Pada proses fotosintesa, terjadi penangkapan energi cahaya oleh zat hijau
daun untuk pembentukan bahan organik.
Fotosintesa hanya terjadi pada tanaman yang memiliki sel-sel hijau termasuk pada beberapa jenis bakteri (Darmawan dan Baharsyah, 1983).
Aksi dari cahaya hijau dan kuning yang menyebabkan fotosistem pada tumbuhan tingkat tinggi dan penyerapan
panjang gelombang ini oleh daun sebenarnya
relatif tinggi, lebih tinggi dari yang ditampakkan pada spektrum serapan klorofil dan karotenoid. Tetapi, bukan
berarti bahwa ada pigmen lain yang berperan menyerap
cahaya tersebut. Alasan utama mengapa spektrum aksi lebih tinggi dari spektrum serapan adalah karena cahaya
hijau dan kuning yang tidak segera diserap akan
dipantulkan berulang-ulang di dalam sel fotosintetik sampai akhirnya diserap oleh klorofil dan menyumbangkan energi
untuk fotosintesis (Lakitan, 1993).
Laju fotosintesis berbagai spesies tumbuhan yang tumbuh pada berbagai daerah yang berbeda seperti gurun kering,
puncak gunung, dan hutan hujan tropika, sangat
berbeda. Perbedaan ini sebagian disebabkan oleh adanya keragaman cahaya, suhu, dan ketersediaan air, tapi tiap
spesies menunjukkan perbedaan yang besar pada kondisi khusus yang optimum bagi mereka. Spesies yang tumbuh pada
lingkungan yang kaya sumberdaya
mempunyai kapasitas fotosintesis yang jauh lebih tinggi daripada spesies yang tumbuh pada lingkungan dengan persediaan air,
hara, dan cahaya yang terbatas
(Salisbury dan Ross, 1995).
Dari semua radiasi matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang
tertentu yang dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu panjang
gelombang yang berada pada kisaran cahaya tampak (380-700 nm). Cahaya tampak
terbagi atas cahaya merah (610 - 700 nm), hijau kuning (510 - 600 nm), biru
(410 - 500 nm) dan violet (< 400 nm). Masing-masing jenis cahaya berbeda
pengaruhnya terhadap fotosintesis. Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap
cahaya yang bekerja dalam fotosintesis. Pigmen yang terdapat pada membran grana
menyerap cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Pigmen yang berbeda
menyerap cahaya pada panjang gelombang yang berbeda. Kloroplast mengandung
beberapa pigmen. Sebagai contoh, klorofil a terutama menyerap cahaya
biru-violet dan merah. Klorofil b menyerap cahaya biru dan oranye dan
memantulkan cahaya kuning-hijau. Klorofil a berperan langsung dalam reaksi
terang, sedangkan klorofil b tidak secara langsung berperan dalam reaksi terang
(Anonim, 2010).
Stomata akan membuka jika kedua sel penjaga meningkat. Peningkatan
tekanan turgor sel penjaga disebabkan oleh masuknya air ke dalam sel penjaga
tersebut. Pergerakan air dari satu sel ke sel lainnya akan selalu dari sel yang
mempunyai potensi air lebih tinggi ke sel ke potensi air lebih rendah. Tinggi
rendahnya potensi air sel akan tergantung pada jumlah bahan yang terlarut
(solute) didalam cairan sel tersebut. Semakin banyak bahan yang terlarut maka
potensi osmotic sel akan semakin rendah. Dengan demikian, jika tekanan turgor
sel tersebut tetap, maka secara keseluruhan potensi air sel akan menurun. Untuk
memacu agar air masuk ke sel penjaga, maka jumlah bahan yang terlarut di dalam
sel tersebut harus ditingkatkan (Lakitan, 1993).
Aktivitas stomata terjadi karena hubungan air dari sel-sel penutup dan
sel-sel pembantu. Bila sel-sel penutup menjadi turgid dinding sel yang tipis
menggembung dan dinding sel yang tebal yang mengelilingi lobang (tidak dapat
menggembung cukup besar) menjadi sangat cekung, karenanya membuka lobang. Oleh
karena itu membuka dan menutupnya stomata tergantung pada perubahan-perubahan
turgiditas dari sel-sel penutup, yaitu kalau sel-sel penutup turgid lobang
membuka dan sel-sel mengendor pori/lobang menutup (Lakitan, 1993).
Stomata berasal dari bahasa Yunani yaitu stoma yang berarti lubang atau
porus, jadi stomata adalah lubang-lubang kecil berbentuk lonjong yang
dikelilingi oleh dua sel epidermis khusus yang disebut sel penutup (Guard
Cell), dimana sel penutup tersebut adalah sel-sel epidermis yang telah
mengalami kejadian perubahan bentuk dan fungsi yang dapat mengatur besarnya
lubang-lubang yang ada diantaranya (Kartasaputra, 1988).
Stomata pada umumnya terdapat pada bagian-bagian tumbuhan yang berwarna
hijau, terutama sekali pada daun-daun tanaman. Pada submerged aquatic plant
atau tumbuhan yang hidup dibawah permukaan air terdapat alat-alat yang
strukturnya mirip dengan stomata, padahal alat-alat tersebut bukanlah stomata.
Pada daun-daun yang berwarna hijau stomata terdapat pada satu permukaannya saja
(Kertasaputra, 1988).
Ada 5 type penyebaran stomata pada tanaman, yaitu (Kertasaputra, 1988):
1. Type
apel atau murbei dimana stomata didapatkan hanya tersebar pada sisi bawah daun
saja, seperti pada apel, peach, murbei, kenari dan lain-lain.
2. Type
kentang dimana stomata didapatkan tersebar lebih banyak pada sisi bawah daun
dan sedikit pada sisi atas daun seperti pada kentang, kubis, buncis, tomat, pea
dan lain-lain.
3. Type
oat, yaitu stomata tersebar sama banyak baik pada sisi atas maupun pada sisi
bawah daun, misalnya pada jagung, oat, rumput dan lain-lain.
4. Type
lily hutan, yaitu stomata hanya terdapat pada epidermis atas saja, misalnya lily
air dan banyak tumbuhan air.
5. Type
potamogeton yaitu stomata sama sekali tidak ada atau kalau ada vestigial,
misalnya pada tumbuhan-tumbuhan bawah air.
Adapun fungsi dari stomata, yaitu (Arifinbit, 2010):
·
Sebagai jalan masuknya CO2 dari udara pada
proses fotosintesis.
·
Sebagai jalan penguapan (transpirasi).
·
Sebagai jalan pernafasan (respirasi).
Sel yang mengelilingi stomata biasa disebut dengan sel tetangga berperan
dalam perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel penutup. Sel penutup letaknya dapat sama tinggi,
lebih tinggi atau lebih rendah dari sel epidermis lainnya. Bila sama tinggi
dengan permukaan epidermis lainnya disebut faneropor, sedangkan jika menonjol
atau tenggelam di bawah permukaan disebut kriptopor. Setiap sel penutup
mengandung inti yang jelas dan kloroplas yang secara berkala menghasilkan pati.
Dinding sel penutup dan sel penjaga sebagian berlapis lignin (Arifinbit, 2010).
Berdasarkan hubungan ontogenetik antara sel penjaga dan sel tetangga,
stomata dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu (Arifinbit, 2010):
1.
Stomata mesogen, yaitu sel tetangga dan sel penjaga
asalnya sama.
2.
Stomata perigen, yaitu sel tetangga berkembang dari sel
protoderm yang berdekatan dengan sel induk stomata.
3.
Stomata mesoperigen, yaitu sel-sel yang mengelilingi
stomata asalnya berbeda, yang satu atau beberapa sel tetangga dan sel penjaga
asalnya sama, sedangkan yang lainnya tidak demikian.
Pada tumbuhan dikotil, berdasarkan susunan sel epidermis yang ada di samping
sel penutup dibedakan menjadi empat tipe stomata, yaitu (Arifinbit, 2010):
1.
Anomositik, sel
penutup dikelilingi oleh sejumlah sel yang tidak beda ukuran dan bentuknya dari
sel epidermis lainnya. Umumnya
pada Ranuculaceae, Cucurbitaceae,
dan Mavaceae.
2.
Anisositik, sel penutup
diiringi 3 buah sel tetangga yang tidak sama besar, misalnya pada Cruciferae, Nicotiana, dan Solanum.
3.
Parasitik, setiap sel penutup diiringi sebuah sel
tetangga/ lebih dengan sumbu panjang
sel tetangga itu sejajar sumbu sel penutup serta celah, misalnya pada Rubiaceae, Magnoliaceae,
Convolvulaceae, dan Mimosaceae.
4.
Diasitik, setiap stoma dikelilingi oleh 2 sel tetangga
yang tegak lurus terhadap sumbu panjang sel penutup dan celah, misalnya pada Caryophylaceae dan Acanthaceae.
Aktivitas stomata terjadi karena hubungan air dari sel-sel penutup dan
sel-sel pembantu. Bila sel-sel penutup menjadi turgid dinding sel yang tipis
menggembung dan dinding sel yang tebal yang mengelilingi lobang (tidak dapat
menggembung cukup besar) menjadi sangat cekung, karenanya membuka lobang. Oleh
karena itu membuka dan menutupnya stomata tergantung pada perubahan-perubahan
turgiditas dari sel-sel penutup, yaitu kalau sel-sel penutup turgid lobang
membuka dan sel-sel mengendor pori/ lubang menutup (Lakitan, 1993).
Stomata membuka karena sel penjaga mengambil air dan menggembung dimana
sel penjaga yang menggembung akan mendorong dinding bagian dalam stomata hingga
merapat. Stomata bekerja dengan caranya sendiri karena sifat khusus yang
terletak pada anatomi submikroskopik dinding selnya. Sel penjaga dapat
bertambah panjang, terutama dinding luarnya, hingga mengembang ke arah luar.
Kemudian, dinding sebelah dalam akan tertarik oleh mikrofibril tersebut yang
mengakibatkan stomata membuka (Salisbury dan Ross, 1995).
Pada saat stomata membuka akan terjadi akumulasi ion kalium (K+) pada sel
penjaga. Ion kalium ini berasal dari sel tetangganya. Cahaya sangat berperan
merangsang masuknya ion kalium ke sel penjaga dan jika tumbuhan ditempatkan
dalam gelap, maka ion kalium akan kembali keluar sel penjaga (Lakitan, 1993).
Stomata tumbuhan pada umumnya membuka pada saat matahari terbit dan
menutup saat hari gelap sehingga memungkinkan masuknya CO2 yang
diperlukan untuk fotosintesis pada siang hari. Umumnya, proses pembukaan
memerlukan waktu 1 jam dan penutupan berlangsung secara bertahap sepanjang
sore. Stomata menutup lebih cepat jika tumbuhan ditempatkan dalam gelap secara
tiba-tiba. Terbukanya stomata pada siang hari tidak terhambat jika tumbuhan itu
berada dalam udara tanpa karbon dioksida, yaitu keadaan fotosintesis tidak
dapat terlaksana (Salisbury dan Ross, 1995).
Stomata sangat erat kaitannya
dengan proses fotosintesis. Fotosintesis terjadi pada daun yaitu pada bagian
yang mengandung klorofil. Di daun terdapat stomata yang berfungsi untuk
menangkap CO2 yang dibutuhkan pada proses fotosintesis. Selain itu,
stomata juga berfungsi sebagai jalan masuknya O2 saat respirasi
serta sebagai jalan penguapan. CO2 dan air dengan bantuan dari
cahaya matahari yang diikat oleh klorofil akan diubah menjadi gula dan energi
yang nantinya akan digunakan sebagai sumber energi tumbuhan itu sendiri. Hasil
sampingan dari proses fotosintesis yang berupa O2 dan H2O
akan dikeluarkan melalui mulut daun atau stomata. Hasil sampingan ini sangat
berguna bagi makhluk hidup lainnya (Lakitan, 1993).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan pada
percobaan ini, yaitu mikroskop,
objek gelas, dan silet.
III.2
Bahan
Bahan
yang digunakan pada percobaan ini yaitu daun tanjung Mimusops elengi dan
vaselin.
III.3 Cara Kerja
1.
Mengambil dua
daun dari spesies yang sama, dari tempat yang berbeda. Daun yang satu dari tempat yang berpolusi,
dan daun yang satu lagi dari
tempat tidak berpolusi.
2.
Mengoleskan
vaselin pada permukaan kedua daun tersebut.
3.
Mengiris tipis permukaan daun bagian atas pada masing-masing daun yang berpolusi dan tidak
berpolusi dengan menggunakan silet,
lalu letakan di atas preparat.
4.
Mengamati bentuk serta tipe stomata pada irisan daun yang berpolusi maupun tidak berpolusi
di bawah mikroskop.
5.
Menggambar
hasil pengamatan.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Perbedaan
|
Daun berpolusi
|
Daun tidak berpolusi
|
Bentuk
|
Berukuran kecil
|
Berukuran besar
|
Warna
|
Hijau kehitaman
|
Hijau muda
|
Gambar :
Daun yang terkena polusi Daun
yang tidak berpolusi
IV.2 Pembahasan
Pada
percobaan ini, digunakan daun tanjung Mimusops
elengi yang diambil
pada tempat yang berbeda yaitu dari
tempat yang berpolusi dan tempat tidak berpolusi. Pengambilan daun mangga yang berbeda dimaksudkan
supaya kita dapat melihat perbedaan
antara bentuk stomata pada daun yang berpolusi dan tidak terkena polusi. Sebelum
dilakukan pengamatan di bawah mikroskrop, kedua daun tersebut terlebih dahulu diolesi dengan vaselin pada permukaannya.
Hal ini bertujuan untuk membersihkan
dan memperjelas bentuk stomata pada daun.
Berdasarkan
hasil pengamatan, hasil yang diperoleh yaitu pada daun yang berpolusi mempunyai
bentuk stomata yang berukuran kecil. Hal ini disebabkan oleh banyaknya karbon monoksida (CO)
yang berasal dari lingkungan tempat
tumbuhnya tanaman tersebut sehingga menutupi stomata. Sedangkan pada daun yang
tidak berpolusi memiliki bentuk stomata yang berukuran lebih besar dibandingkan
dengan daun yang terkena polusi karena kurangnya karbon dioksida yang menempel
dan menutupi permukaan daun
tersebut sehingga perbandingan laju fotosintesis antara daun yang berpolusi dan
tidak berpolusi berbeda. Daun yang berpolusi memilik laju fotosintesis yang
rendah karena memiliki stomata yang berukuran kecil sedangkan pada daun yang
tidak berpolusi laju fotosintasisnya tinggi.
Perbedaan
lain antara daun yang terkena polusi dengan daun yang tidak berpolusi terlihat dari warna daunnya. Pada tanaman yang berpolusi
daunnya berwarna hijau kehitaman. Warna ini menunjukkan banyaknya karbon
monoksida yang menempel pada permukaan daun sedangkan daun
yang tidak terkena polusi
berwarna hijau muda.
Stomata merupakan celah atau
lubang pada daun sebagai tempat masuknya cahaya untuk proses fotosintesis. Fotosintesis
merupakan suatu proses
pembentukan zat makanan atau energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan,
alga,
dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbon dioksida, dan air serta bantuan energi
cahaya matahari. Hubungan antara
stomata dengan fotosintesis yaitu proses fotosintesis berlangsung di daun
dengan bantuan sinar matahari, sedangkan stomata terdapat di daun pula yang
merupakan lubang masuknya cahaya matahari serta suatu senyawa-senyawa
(misalnya CO2). Selain
itu, stomata juga merupakan tempat masuknya oksigen saat respirasi pada
tumbuhan berlangsung.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dalam percobaan ini yaitu
:
1. Proses fotosintesis berlangsung
pada daun dengan bantuan cahaya matahari, namun fotosintesis tidak akan terjadi
tanpa adanya stomata sebab
stomata merupakan celah atau lubang pada daun sebagai tempat masuknya cahaya
matahari, karbon dioksida, dan
senyawa-senyawa lainnya.
2. Ukuran stomata pada daun yang berpolusi
dan tidak terkena polusi berbeda. Daun yang tidak terkena polusi memiliki
ukuran stomata yang lebih besar daripada daun yang terkena polusi.
V.2 Saran
Sebaiknya
alat yang digunakan dalam percobaan ini lebih diperhatikan lagi
agar pengamatan berjalan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Fotosintesis. http://id.wikipedia.org/. Diakses pada tanggal 26 November 2010 pukul 16.00 WITA.
Arifinbit, 2010. Stomata
(Derivat Jaringan Epidermis). http://Arifinbits’sWeblog.htm. Diakses pada tanggal 26 November 2010 pukul 16.00 WITA.
Darmawan dan Baharsjah,
1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan.
PT. Gramedia, Jakarta.
Kartasaputra, A. G., 1998. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan, tentang Sel
dan Jaringan. Bina
Aksara, Jakarta.
Lakitan, B., 1993. Dasar-dasar Fisiologi
Tumbuhan. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Salisbury, F. B., dan Ross, C. W., 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid
2. ITB Press, Bandung.
0 comments:
Post a Comment