Monday, December 10, 2012

OSEANOLOGI PENDAHULUAN


PERBEDAAN LAMUN DAN MAKROALGE

BAB I
PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai sumber daya alam yang melimpah, salah satunya adalah Alga dan lamun. Alga dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu Makroalga (Rumut Laut) dan Mikroalga (Fitoplankton). Alga terutama jenis makroalga (Rumput Laut) merupakan salah satu jenis komoditas yang memiliki nilai ekonomi pasar yang kompetitif baik di pasaran dalam negeri maupun ekspor. Hal ini disebabkan karena rumput laut selain berfungsi sebagai makanan juga karena diversifikasi produk rumpur laut yang memiliki banyak kegunaan.
Lamun atau rumput laut adalah anggota tumbuhan berbunga yang telah beradaptasi untuk hidup sepenuhnya di dalam lingkungan air asin. Semua lamun adalah anggota bangsa Alismatales yang berasal dari salah satu dari empat suku berikut: Posidoniaceae, Zosteraceae, Hydrocharitaceae, dan Cymodoceaceae.
Lamun tumbuh berkawanan dan biasa menempati perairan laut hangat dangkal dan menghubungkan ekosistem mangrove dengan terumbu karang. Wilayah perairan laut yang ditumbuhi lamun disebut padang lamun, dan dapat menjadi suatu ekosistem tersendiri yang khas.
Rumput laut adalah tumbuhan berthalus, sehingga dikelompokkan dalam thallopyta. Tubuhnya tidak berdaun, batang serta berakar tetapi menyerupai batang yang disebut thalus. Secara ekologi, komunitas rumput laut dapat memberikan banyak manfaat terhadap lingkungan sekitarnya. Komunitas ini berperan sebagai tempat pembesaran dan perlindungan bagi jenis-jenis ikan tertentu dan merupakan makanan alami ikan-ikan dan hewan herbivora lainnya. Jika ditinjau dari segi biologi, rumput laut memegang peranan sebagai produsen primer, penghasil bahan organik dan oksigen di lingkungan perairan. Dari segi ekonomi, rumput laut merupakan komoditi yang potensial untuk dikembangkan mengingat nilai gizi yang dikandungnya. Rumput laut dapat dijadikan bahan makanan seperti agar-agar, sayuran, kue, dan menghasilkan bahan algin, keragian, dan furcelaran yang digunakan dalam industri farmasi, kosmetik, tekstil dan lainnya. Dari ratusan jenis rumput laut yang tumbuh dan berkembang di perairan Indonesia, hanya beberapa jenis saja yang telah diusahakan secara komersial, yaitu Gracilaria sp, Gelidium sp., Hypnea sp., Eucheuma sp., dan Sargasum sp.
Rumput laut yang tumbuh di perairan Indonesia tidak semuanya bermanfaat bagi manusia. Rumput laut yang bernilai ekonomis penting kebanyakan dari jenis Rhodophyta, khususnya Eucheuma sp. dan Gracillaria sp.. jenis rumput laut yang paling banyak dimanfaatkan dan dibudidayakan serta merupakan suatu usaha yang sangat bagus dalam dunia perdagangan adalah jenis rumput laut Eucheuma cotonii. Jenis rumput laut ini banyak dimanfaatkan karena penggunaannya sangat luas dalam bidang industri seperti industri makanan, kosmetik, obat-obatan bahkan sebagai komoditas ekspor. Pemanfaatan rumput laut E. cotonii dalam bidang industri makanan dan minuman dapat diolah menjadi manisan, dodol, minuman sari buah dan es rumput laut.

BAB II
PEMBAHASAN

Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, alga dikenal sebagai tumbuhan talus (Thallophyta) karena organ-organ berupa akar, batang, dan daunnya belum terdiferensiasi dengan jelas. Algae (jamak) dan alga (tunggal), bersal dari bahasa latin algor yang berarti dingin sedangkan dalam bahasa Yunani algae berasal dari kata phycos.
Berdasarkan ukuran tubuhnya, algae dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu algae berukuran kecil (mikro alga) dan alga berukuran besar (makro alga). Makro alga merupakan tumbuhan makrofibentik (besar dan melekat pada substrat di lautan). Makro alga dibedakan menjadi 3 kelompok berdasarkan pigmen fotosintesis yang dimilikinya, yaitu Clorophyta, Phaeophita, dan Rhodophyta.
Makro alga merupakan tumbuhan tak berpembuluh yang tumbuh melekat pada substrat dasar laut, tumbuhan tersebut tidak memiliki akar, batang, daun, bunga, dan biji sejati. Berdasarkan kandungan pigmennya Rumput laut merupakan makroalga bentik yang terdiri dari jenis-jenis yang termasuk divisio Rhodophyta (alga merah),Phaeophyta (alga coklat) dan Chlorophyta (alga hijau). Rumput laut umumnya tumbuh melekat pada suatu substrat.
Rumput laut atau seaweed termasuk tumbuhan berthallus yang banyak dijumpai hampir di seluruh perairan pantai Indonesia, terutama di pantai yang mempunyai rataan terumbu karang. Di dalam perairan rumput laut menempati posisi sebagai produsenprimer yang menyokong kehidupan biota lain pada tropik level yang lebih tinggi. Rumput laut umumnya hidup di dasar laut dan substratnya dapat berupa pasir, pecahan karang (gravel), karangmati, serta benda-benda keras yang terendamdi dasar laut.
Makroalga (Rumput laut), hidup di laut yang tidak memiliki akar, batang dan daun sejati dan pada umumnya hidup di dasar perairan dan menempel pada substrat (benda lain). Fungsi akar (holdfas) pada rumput laut bukan sebagai penyerap makan melainkan saebagai alat pelekat pada substrat. Karena tidak memiliki akar, batang dan daun seperti umumnya pada tanaman, maka rumput laut digolongkan ke dalam tumbuhan tingkat rendah (Thallophyta). Morfologi dari rumput laut merupakan salah satu dasar untuk membedakan antara satu jenis alga dengan alga yang lain, bentuk thallus, kandungan pigmen, fungsi-fungsi bagian rumput laut serta beberapa hal mendasar yang membedakan rumput laut.
Rumput laut (seaweed), alga, ganggang dan lamun (seagrass) adalah tumbuhan yang memiliki perbedaan. Rumput laut atau yang biasa disebut dengan seaweed merupakan tanaman makro alga yang hidup di laut yang tidak memiliki akar, batang dan daun sejati dan pada umummnya hidup di dasar perairan. Rumput laut disebut tanaman karena memiliki klorofil (zat hijau daun) sehingga bisa berfotosintesis. Rumput laut juga sering disebut sebagai alga atau ganggang pada daerah-daerah tertentu di Indonesia. Akan tetapi rumput laut (seaweed) berbeda dengan lamun (seagrass). Lamun adalah tanaman yang hidup dilaut dan tidak memiliki klorofil. Lamun merupakan kompetitor bagi rumput laut, dan biasanya tumbuh di daerah dekat pantai yang cenderung kotor. Rumput laut bersama-sama dengan lamun adalah kontributor penting pada rantaimakanan di perairan pantai (Luning, 1990). Tumbuhan bentik ini pada lingkungan laut terbukti sebagai penyedia habitat dan makanan untuk herbivora.
Makroalga tersebar di daerah litoral dan sublitoral. Daerah tersebut masih memperoleh cahaya cukup, sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung Makroalga menyerap nutrisi berupa fosfor dan nitrogen dari lingkungan sekitar perairan (Leviton 2001: 270) sehingga makroalga dapat dijadikan bioindikator sekaligus sebagai filter kondisi perairan.
Padang lamun adalah ekosistem khas laut dangkal di perairan hangat dengan dasar pasir dan didominasi tumbuhan lamun, sekelompok tumbuhan anggota bangsa Alismatales yang beradaptasi di air asin. Padang lamun hanya dapat terbentuk pada perairan laut dangkal (kurang dari tiga meter) namun dasarnya tidak pernah terbuka dari perairan (selalu tergenang). Ia dapat dianggap sebagai bagian dari ekosistem mangrove, walaupun padang lamun dapat berdiri sendiri. Padang lamun juga dapat dilihat sebagai ekosistem antara ekosostem mangrove dan terumbu karang. Lamun adalah sumber pakan utama duyung.
Hal menarik yang dapat kita lihat bahwa padang lamun atau yang di kenal dengan seagrass bukan hanya sebagai tempat mencari makan bagi duyung dan manate tapi juga tempat hidup yang sangat cocok bagi beberapa organisma kecil seperti udang dan ikan. Bahkan penyu hijau (Chelonia mydas) pun sering mengunjungi padang lamun untuk mencari makan.
Kondisi lamun yang menyerupai padang rumput di daratan ini mempunyai beberapa fungsi ekologis yang sangat potensial berupa perlindungan bagi ivertebrata dan ikan kecil.  Daun-daun lamun yang padat dan saling berdekatan dapat meredam gerak arus, gelombang dan arus materi organik yang memungkinkan padang lamun merupakan kawasan lebih tenang dengan produktifitas tertinggi di lingkungan pantai di samping terumbu karang.  Melambatnya pola arus dalam padang lamun memberi kondisi alami yang sangat di senangi oleh ikan-ikan kecil dan invertebrata kecil seperti beberapa jenis udang, kuda laut, bivalve, gastropoda dan echinodermata.  Hal terpenting lainnya adalah daun-daun lamun berasosiasi dengan alga kecil yang dikenal dengan epiphyte yang merupakan sumber makanan terpenting bagi hewan-hewan kecil tadi.  Epiphyte ini dapat tumbuh sangat subur dengan melekat pada permukaan daun lamun dan sangat di senangi oleh udang-udang kecil dan beberapa jenis ikan-ikan kecil.  Disamping itu padang lamun juga dapat melindungi hewan-hewan kecil tadi dari serangan predator.   Sangat khas memang pola kehidupan hewan-hewan kecil ini di padang lamun yang tidak jarang memberikan konstribusi besar bagi kelangsungan ikan dan udang ekonomis penting.  Ini adalah sebagian kecil dari peran penting padang lamun yang menyebar di sekitar perairan pantai Indonesia.
Untuk tipe perairan tropis seperti Indonesia, padang lamun lebih dominan tumbuh dengan koloni beberapa jenis (mix species) pada suatu kawasan tertentu yang berbeda dengan kawasan temperate atau daerah dingin yang kebanyakan di dominasi oleh satu jenis lamun (single species).  Penyebaran lamun memang sangat bervariasi tergantung pada topografi pantai dan pola pasang surut.  Anda bisa saja menjumpai lamun yang terekspose oleh sinar matahari saat surut di beberapa pantai atau melihat bentangan hijau yang didalamnya banyak ikan-ikan kecil saat pasang.  Jenisnya pun beraneka ragam, yang di pantai Indonesia sendiri, kita bisa menjumpai 12 jenis lamun dari sekitar 63 jenis lamun di dunia dengan dominasi beberape jenis diantaranya Enhalus acoroides, Cymodocea spp, Halodule spp., Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium, Thallasia hemprichii and Thalassodendron ciliatum. Dan saya percaya kawasan perairan Indonesia yang sangat luas mempunyai jenis lamun yang lebih dari perkiraan beberapa lembaga penelitian. 
Sampai kini konsentrasi penelitian terhadap jenis-jenis lamun dan ekosistem lamun belum sepenuhnya terlaksana. Kurangnya minat beberapa peneliti untuk lebih fokus kearah padang lamun dan minimnya dana penelitian yang di alokasikan ke sektor ini serta minimnya publikasi mengenai padang lamun merupakan penghambat utama bagi pengetahuan dan pemahaman tentang padang lamun kepada masyarakat sementara masyarakat sebagian besar belum sepenuhnya tahu dan mengerti tentang habitat yang satu ini.  Padahal kalau mau jujur masysrakat pantai khususnya banyak sekali tergantung pada habitat ini, yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi terhadap kebutuhan sehari-hari mereka.  Kita mungkin tidak menyadari kalau menurunnya produksi beberapa jenis ikan-ikan dan udang-udang pantai ekonomis Indonesia lebih banyak karenakan semakin menipisnya padang lamun yang merupakan habitat alami dari ikan-ikan pantai seperti ikan berinang (Siganus spp.) atau beberapa udang putih (Penaeus spp.) lainnya.


BAB III
PENUTUP

Berdasarkan data di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Algae dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu algae berukuran kecil (mikro alga) dan alga berukuran besar (makro alga). Makro alga merupakan tumbuhan makrofibentik (besar dan melekat pada substrat di lautan).
2.      Makro alga merupakan tumbuhan tak berpembuluh yang tumbuh melekat pada substrat dasar laut, tumbuhan tersebut tidak memiliki akar, batang, daun, bunga, dan biji sejati.
3.      Lamun atau rumput laut adalah anggota tumbuhan berbunga yang telah beradaptasi untuk hidup sepenuhnya di dalam lingkungan air asin. Semua lamun adalah anggota bangsa Alismatales yang berasal dari salah satu dari empat suku berikut: Posidoniaceae, Zosteraceae, Hydrocharitaceae, dan Cymodoceaceae.


DAFTAR PUSTAKA

Atmadja. 1988. Algae bentik. UGM Press: Yogyakarta
Dawes. 1981. Komunitas Rumput laut.  http://rumput_laut.htm. Diakses tanggal 26 Mei 2010.
Kadi. 1989. Makroalga. http://www.docstoc.com. Diakses tanggal 26 Mei 2010.
Kasim. 2005. Padang Lamun. Esis: Jakarta.

0 comments:

Post a Comment