Monday, December 10, 2012

BAKTERI


LAPORAN PRAKTIKUM
BAKTERIOLOGI

KURVA PERTUMBUHAN BAKTERI Escherichia coli
     
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang   
                    Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran atau subtansi atau masa zat suatu organisme. Pada organisme bersel satu pertumbuhan lebih diartikan sebagai pertumbuhan koloni, yaitu pertambahan jumlah koloni, ukuran koloni yang semakin besar atau subtansi atau masssa mikroba dalam koloni tersebut semakin banyak, pertumbuhan pada mikroba diartikan sebagai pertambahan jumlah sel mikroba itu sendiri. Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler dan struktur organisme yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah, pertambahan ukuran sel, pertambahan berat atau massa (Iqbalali, 2011).
Waktu generasi adalah waktu yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk meningkatkan jumlah sel menjadi dua kali lipat jumlah semula. Kurva pertumbuhan mikroorganisme terdiri atas empat fase yaitu fase penyesuaian (lag phase), fase eksponensial atau fase logaritmik, fase stasioner, dan fase kematian. Pada fase eksponensial terjadi peningkatan jumlah sel dan digunakan untuk untuk menentukan waktu generasi (Yudhabuntara, 2003).
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukanlah percobaaan ini mengenai kurva pertumbuhan mikroba.
II.2 Tujuan Percobaan
            Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kurva pertumbuhan bakteri Escherichia coli pada medium nutrien broth.
II.3 Waktu dan Tempat Percobaan
      Percobaan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 3 Desember 2011, pukul 09.00-21.25 WITA, bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

                    Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran atau subtansi atau masa zat suatu organisme, misalnya kita makhluk makro ini dikatakan tumbuh ketika bertambah tinggi, bertambah besar atau bertambah berat. Pada organisme bersel satu pertumbuhan lebih diartikan sebagai pertumbuhan koloni, yaitu pertambahan jumlah koloni, ukuran koloni yang semakin besar atau subtansi atau masssa mikroba dalam koloni tersebut semakin banyak, pertumbuhan pada mikroba diartikan sebagai pertambahan jumlah sel mikroba itu sendiri (Iqbalali, 2008).
               Pertumbuhan artinya pertambahan substansi hidup yang tidak riversible biasanya disertai pertambahan ukuran dan pembelahan sel. Pada organisme bersel banyak, ukurannya bertambah sedangkan pada organisme bersel satu jumlah selnya yang bertambah. Meskipun demikian pada organisme bersel satu harus dibedakan pertambahan jumlah atau bertambahnya masa sel. Untuk menentukan jumlah atau massa bakteri pada umumnya digunakan suspensi homogen dari bakteri didalam cairan dan konsentrasi bakteri ditentukan (jumlah sel/ml) atau kerapatan bakteri (mg/ml). Dari peningkatan parameter-parameter ini dalam biakan bakteri yang sedang tumbuh dapat ditentukan kecepatan pembelahan diri (jumlah penggandaan konsentrasi bakteri per jam) dan dinilai kebalikannya masa generasi (interval waktu penggandaan) (Schlegel, 1994).
               Istilah pertumbuhan umum digunakan untuk bakteri dan mikroorganisme lain dan biasanya mengacu pada perubahan di dalam hasil panen sel (pertambahan total massa sel) dan bukan perubahan individu organisme. Inokulum hampir selalu mengandung ribuan organisme; pertumbuhan menyatakan pertambahan jumlah dan atau massa melebihi yang ada di dalam inokulum asalnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu nutrien, air, suhu, pH, oksigen dan potensi oksidasi-reduksi, adanya zat penghambat, dan adanya jasad renik lain (Dwidjoseputro, 1989).
               Pertumbuhan pada mikroorganisme diartikan sebagai penambahan jumlah atau total massa sel yang melebihi inokulum asalnya. Telah dijelaskan pada bahasan sebelumnya, bahwa sistem reproduksi bakteri adalah dengan cara pembelahan biner melintang, satu sel membelah diri menjadi 2 sel anakan yang identik dan terpisah. Selang waktu yang dibutuhkan bagi sel untuk membelah diri menjadi dua kali lipat disebut sebagai waktu generasi. Waktu generasi pada setiap bakteri tidak sama, ada yang hanya memerlukan 20 menit bahkan ada yang memerlukan sampai berjam-jam atau berhari-hari (Sumarsih,2003).
                Secara singkat hubungan antara pertumbuhan dan perbanyakan sel adalah sebagai berikut (Dwiyana dan Gobel, 2010) :
1.    Pertumbuhan dengan perbelahan atau budding yang menghasilkan perbanyakan jasad, seperti halnya terjadi pada bakteri dan ragi
2.    pembelahan yang menyebabkan adanya pertumbuhan, tetapi tidak menghasilkan perbanyakan jasad, ini terjadi pada jasad tingkat tinggi.
3.    pertumbuhan memanjang tetepi tidak menghasilkan perbanyakan jasad. Ini terjadi pada jamur tipe filament cenositik (phycomycetes).
4.    pertumbuhan yang memanjang dengan pembentukan sekat (septa) dan fragmentasi, yang menghasilkan perbanyakan jasad. Ini terjadi pada jamur yang mempunyai tipe filament bersepta.

Apabila satu bakteri tunggal seperti E. coli diinokulasikan pada suatu medium dan memperbanyak diri dengan laju yang konstan/tetap, maka pada suatu waktu pertumbuhannya akan berhenti dikarenakan sokongan nutrisi pada lingkungan sudah tidak memadai lagi, sehingga akhirnya terjadi kemerosotan jumlah sel akibat banyak sel yang sudah tidak mendapatkan nutrisi lagi. Hingga akhirnya pada titik ekstrim menyebabkan terjadinya kematian total bakteri. Kejadian di atas apabila digambarkan dalam bentuk kurva adalah sebagaimana di bawah (Prasetya, 2009).
Ada empat fase pada pertumbuhan bakteri sebagaimana tampak pada kurva, yaitu (Prasetya, 2009):
1. Fase Lag
Merupakan fase adaptasi. Pada fase ini terjadi reorganisasi konstituen makro dan mikro molekul. Ada yang lama ada juga yang cepat. Tergantung kondisi lingkungan.
2. Fase Eksponensial
Merupakan fase pertumbuhan sebenarnya. Jika dilihat dalam kurva akan dilihat kenaikan jumlah mikroba berdasarkan bertambahnya waktu.
3. Fase stasioner
Pada fase ini penambahan dengan pengurangan jumlah mikroba hampir sama. Sehingga di kurva dapat dilihat berupa garis lurus. Hal ini disebabkan karena mulai menipisnya jumlah nutrisi dalam médium yang ditempati.
4. Fase Kematian
Ada kalanya setelah fase stasioner jumlah mikroba menurun. Hal ini karena habisnya nutrisi dalam media. Mikroba juga menghasilkan metabolisme skunder yang hasilnya menjadi toxic untuk mikroba lainnya.
                   Pertumbuhan disebut dalam keadaan keseimbangan jika terjadi secara teratur pada kondisi konstan, sehingga jumlah pertambahan komponen kimia juga konstan. Sebagai contoh, pertambahan jumlah massa sel sebanyak dua kali dalam keseimbangan akan mengakibatkan penambahan jumlah komponen sel seperti air, protein, RNA, DNA, dan sebagianya sebanyak dua kali pula (Pelczar dan Chan, 1986).
            Usaha pengendalian mikroorganisme dapat dilaksanakan apabila faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan atau perkembangbiakan mikroorganisme telah diketahui sebelumnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut umumnya dibagi ke dalam lima bahasan yaitu (Yudhabuntara, 2003) :
Faktor intrinsik
Faktor intrinsik meliputi pH, aktivitas air (activity of water, aw), kemampuan mengoksidasi-reduksi (redoxpotential, Eh), kandungan nutrien, bahan antimikroba dan struktur bahan makanan. Ukuran keasaman atau pH adalah log10 konsentrasi ion hidrogen. Lazimnya bakteri tumbuh pada pH sekitar netral (6,5 – 7,5) sedangkan kapang dan ragi pada pH 4,0-6,5. Aktivitas air (aw) adalah jumlah air yang tersedia untuk pertumbuhan mikrobia dalam pangan. Kemampuan mengoksidasi-reduksi (redoxpotential, Eh) adalah perbandingan total daya mengoksidasi (menerima elektron) dengan daya mereduksi (memberi elektron). Pertumbuhan mikroorganisme memerlukan air, energi, nitrogen, vitamin dan faktor pertumbuhan, mineral. Air yang tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme ditentukan oleh aw bahan makanan. Sebagai sumber energi, mikroorganisme memanfaatkan karbohidrat, alkohol dan asam amino yang terdapat dalam bahan makanan. Faktor pertumbuhan yang diperlukan adalah asam amino, purin dan pirimidin, serta vitamin. Struktur bahan makanan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme misalnya lemak karkas dan kulit pada karkas unggas dan karkas babi dapat melindungi daging dari kontaminasi mikroorganisme.
Faktor ekstrinsik
Faktor ekstrinsik yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme adalah suhu penyimpanan dan faktor luar lainnya yang pada prinsipnya berhubungan dengan pengaruh atmosferik seperti kelembaban, tekanan gas/keberadaan gas, juga cahaya dan pengaruh sinar ultraviolet.

Faktor proses
Semua proses teknologi pengolahan bahan makanan mengubah lingkungan mikro bahan makanan tersebut. Proses tersebut dapat berupa pemanasan, pengeringan, modifikasi pH, penggaraman, curing, pengasapan, iradiasi, tekanan tinggi, pemakaian medan listrik dan pemberian bahan imbuhan pangan.
Faktor implisit
Faktor lain yang berperan adalah faktor implisit yaitu adanya sinergisme atau antagonisme di antara mikroorganisme yang ada dalam “lingkungan” bahan makanan. Ketika mikroorganisme tumbuh pada bahan makanan dia akan bersaing untuk memperoleh ruang dan nutrien. Dengan demikian akan terjadi interaksi di antara mikroorganisme yang berbeda. Interaksi ini dapat saling mendukung maupun saling menghambat (terjadi sinergisme atau antagonisme).



DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D., 198, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan, Malang.

Dwiyana, D., dan Risco, B. Gobel, 2011, Penuntun Praktikum Mikrobiologi Umum. Jurusan Biologi Universitas Hasanuddin, Makassar.

Iqbalali, 2011, Pertumbuhan Bakteri. www.iqbalaliblogspot.com, diakses pada tanggal 27 November 2011 pukul 14.00 WITA.

Pelczar, M. J., dan E. C. S. Chan, 1986, Dasar-Dasar Mikrobiologi, UI Press, Jakarta.

Prasetya, 2009, Kurva Pertumbuhan Mikroba, http://wwwtry4know.co.cc, diakses pada tanggal 27 November 2011 pukul 14.00 WITA.

Schlegel, G. H., 1994, Mikrobiologi Umum, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Sumarsih, Sri, 2003, Mikrobiologi Dasar, Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UPN Veteran, Yogyakarta.
                                               
Yudhabuntara, D., 2003, Kurva Pertumbuhan Mikroba, www.geocities.com/kesmavetugm/doc, diakses pada tanggal 27 November 2011 pukul 14.00 WITA.




BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1 Alat
            Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, mistar, cuvet, spektrofotometer, shaker, enkas, pipet tetes, bunsen, dan kalkulator.
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah bakteri E. coli, alkohol, aquadest, nutrien broth, tissue, kertas semi logaritma, dan data % T.
III.3 Prosedur Kerja
            Adapun prosedur  kerja dari percobaan ini adalah :
1.    Menyiapkan medium nutrien broth di dalam enkas yang sebelumnya telah disterilkan.
2.    Mengambil bakteri E. coli dari nutrien broth sebanyak 3 ml dengan menggunakan pipet tetes, kemudian memasukkan dalam nutrien broth yang pengerjaannya di lakukan secara aseptis.
3.    Menghomogenkan erlenmeyer yang berisi medium dan kultur bakteri E. coli, kemudian mengambil sebanyak 7 ml lalu dimasukkan ke dalam cuvet.
4.    Memasukkan cuvet ke dalam spektrofotometer untuk mengetahui tingkat kekeruhannya yang menanandai ada tidaknya bakteri.
5.    Mencatat hasil dari pembacaan skala pada spektrofotometer sebagai nilai T0.
6.    Meletakkan kembali Erlenmeyer pada shaker. Kemudian menunggu selama 1 jam untuk mengukur kembali tingkat kekeruhan medium pada spektrofotometer dan mencatat hasil yang diperoleh sebagai T1.
7.    Melakukan langkah seperti di atas hingga mendapatkan nilai T13.
8.    Menghitung nilai OD (Optical Dencity) dari data yang diperoleh dengan menggunakan rumus OD = 2- log %T
9.    Mencatat dalam tabel pengamatan dan menggambar grafik.
10.    Menghitung waktu generasi dari nilai OD yang terdapat pada grafik dengan rumus: g =     T /n dimana n = N-No ÷ log 2
dimana : g = waktu generasi
                 t  = Waktu terakhir fase logaritma
                 to = Waktu awal fase logaritma
                 N = titik akhir fase logaritma
                 No =  titik awal fase logaritma



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Pengamatan visual pertumbuhan isolat bakteri E. coli





                        a                                              b                                     c





                        d                                              e                                     f





                        g                                              h                                  i




                        j                                        k                                         l




                        m                                         n                                      o

Gambar I. kondisi pertumbuhan bakteri Escherichia coli pada medium nutrien broth
Ket:
     a.       Medium Nutrien Broth                       i. T7 (7 jam)
     b.      T0 (0 jam)                                           j. T8 (8 jam)
     c.       T1 (1 jam)                                           k. T9 (9 jam)
     d.      T2 (2 jam)                                            l. T10 (10 jam)
     e.       T3 (3 jam)                                            m. T11 (11 jam)
      f.       T4 (4 jam)                                            n. T12 (12 jam)
     g.      T5 (5 jam)                                            o. T13 (13 jam)
     h.      T6 (6 jam)
Pembahasan :
Bakteri E. coli merupakan bakteri gram negatif yang mempunyai ciri-ciri struktur dinding sel yang tipis dan berlapis tiga (multi). Komposisi dinding selnya mengandung lipid, lemak, atau substansi seperti lemak yang tinggi (11-22 %). Lapisan peptidoglikannya tipis atau sedikit dan tidak memiliki asam tekoat.
Saat menumbuhkan bakteri Escherichia coli yang harus diperhatikan yaitu jenis-jenis medium untuk penanamannya, zat-zat yang terkandung dalam media, dan faktor lingkungan. Jenis-jenis medium meliputi medium differensiasi, medium selektif, medium untuk bakteri anaerob, medium penguji, medium umum, medium diperkaya, medium khusus, dan medium penyubur. Sedangkan zat-zat yang terkandung dalam media meliputi zat hara yang di tambahkan, nitrogen, karbon, vitamin dan faktor pertumbuhan, garam mineral, air, suhu, pH, oksigen, ion anorganik, dan tekanan osmotik.
Pada percobaan ini digunakan bakteri Escherichia coli karena mudah didapatkan serta waktu generasinya lebih cepat dibandingkan dengan bakteri lainnya yaiu 15-20 menit. Escherichia coli terdapat di dalam usus manusia dan hidup secara saprofit (menguraikan serat-serat pada makanan) dan dapat menguntungkan bagi manusia, tetapi dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan penyakit.
Percobaan di atas menggunakan natrien broth untuk menumbuhkan bakteri E.coli. Tahap pertama yang dilakukan yaitu menumbuhkan E. coli dalam nutrien broth yang dilakukan secara aseptis. Kemudian dihomogenkan dan diambil sebanyak 7 ml sebagai nilai pengukuran T0. Selanjutnya menghomogenkan kembali pada shaker tiap selang 1 jam untuk mendapatkan nilai T1 sampai T13. Medium yang berisi bakteri ini akan dimasukkan dalam cuvet sebanyak 7 ml lalu dimasukkan dalam spektrofotometer yang bertujuan untuk melihat tingkat kekeruhan dari medium, dimana kekeruhan ini menandakan ada tidaknya bakteri pada medium. Semakin keruh suatu nutrien broth maka menandakan semakin banyak bakteri E. coli yang berkembang. Secara umum selama sel mengalami peningkatan populasi media pertumbuhan akan menjadi lebih keruh.

IV.2 Pengamatan pertumbuhan bakteri E. coli pada spektrofotometer
·      Tabel Hasil Pengamatan :
No
Waktu Inokulasi (jam)
% T
OD = 2 - Log %T
1
T0 (0 jam)
86
0,07
2
T1 (1 jam)
88
0,56
3
T2 (2 jam)
85
0,07
4
T3 (3 jam)
61
0,21
5
T4 (4 jam)
35
0,46
6
T5 (5 jam)
27
0,57
7
T6 (6 jam)
20
0,7
8
T7 (7 jam)
14
0,86
9
T8 (8 jam)
10
1
10
T9 (9 jam)
9
1,05
11
T10 (10 jam)
8
1,1
12
T11 (11 jam)
7
1,16
13
T12 (12 jam)
5
1,31
14
T13 (13 jam)
19
0,73

·      Kurva pertumbuhan











Pembahasan :
            Pertumbuhan pada mikroorganisme diartikan sebagai penambahan jumlah atau total massa sel yang melebihi inokulum asalnya. Berdasarkan hasil yang didapatkan pertumbuhan yang diperoleh yakni pertumbuhan tertutup atau diskontinyu dimana pertumbuhan ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan memperlihatkan gambaran pertumbuhan melalui fase-fase. Fase-fase pertumbuhan yang dilakukan bakteri yaitu :
Fase lag atau fase adaptif
            Fase lamban merupakan periode awal dan merupakan fase penyesuaian diri (adaptasi), sehingga tidak ada pertambahan jumlah sel bahkan kadang-kadang jumlah sel menurun.
Fase logaritma atau eksponensial
            Fase cepat merupakan periode pembiakan yang cepat. Pada periode ini dapat teramati ciri-ciri sel yang aktif. Waktu generasi pada setiap bakteri dapat ditentukan pada fase cepat ini. Pada fase ini pertumbuhan mikroba sangat cepat karena bakteri telah menyesuaikan diri sehingga mampu memanfaatkan nutrisi dari medium pertumbuhan. Pada fase tersebut dapat terlihat beberapa sel mulai membelah, yang lainnya setengah membelah, dan yang lainnya lagi selesai membelah.
Fase stasioner (tetap)
            Pada fase statis pembiakan mulai berkurang dan beberapa sel mati. Apabila laju pembiakan sama dengan laju kematian, maka secara keseluruhan jumlah sel tetap konstan. Hal ini dapat disebabkan karena berkurangnya nutrien ataupun terbentuknya produk metabolisme yang cenderung menumpuk mungkin menjadi racun bagi bakteri yangbersangkutan.
Fase kematian (death)
            Fase kematian merupakan fase dimana proses pembiakan telah berhenti. Sel-selnya sudah mati, yang kemudian akan diikuti dengan proses lisis. Apabila laju kematian melampaui laju pembiakan, maka jumlah sel sebenarnya menurun.
            Pada percobaan ini waktu yang digunakan untuk pengamatan adalah sekitar 13 jam. Nilai % T yang didapatkan bervariasi dan pada T0 sampai T12 pertumbuhan terus mengalami peningkatan, dan pada T13 tingkat pertumbuhan bakteri mulai mengalami penurunan yakni nilai %T 19.
Setelah nilai %T didapatkan maka nilai Optical Density dihitung dengan menggunakan rumus OD = 2- log %T. Nilai OD inilah yang digunakan sebagai jumlah generasi dan digambarkan di atas kertas semi logaritma. Setelah semua titik digambarkan maka dicari tiga titik yang membentuk garis lurus. Untuk menentukan Nilai No, nilai N serta nilai t dan to maka ditarik garis yang membentuk segitiga siku-siku. Nilai n dan nilai t dapat digunakan untuk mencari waktu generasi dengan rumus g = t/n.



BAB V
PENUTUP

V. 1 Kesimpulan
            Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan percobaan di atas yaitu kurva pertumbuhan bakteri E. coli pada medium nutrien broth membentuk kurva pertumbuhan yang diskontinyu berbentuk S (kurva sigmoid) yang meliputi fase-fase pertumbuhan seperti fase awal/ adaptif, fase logaritma, fase stasioner, dan fase kematian. 
V.2 Saran
            Saran saya dalam percobaan ini adalah sebaiknya alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum ini perlu dilengkapi lagi serta dalam menghitung nilai untuk mencari nilai OD, jumlah generasi serta waktu generasi dilakukan secara teliti agar hasil yang diperoleh lebih akurat.



LAMPIRAN

§  Perhitungan nilai Optical Density (OD)
1.    Nilai %T0 = 100
OD = 2 – Log %T
            = 2 – Log 100
            = 2 – 2
            = 0
2.    Nilai %T1 = 87
OD = 2 – Log %T
            = 2 – Log 87
            = 2 – 1,49
            = 0,06
3.    Nilai %T2 = 91
OD = 2 – Log %T
            = 2 – Log 91
            = 2 – 1,96
            = 0,04
4.    Nilai %T3 = 83
OD = 2 – Log %T
            = 2 – Log 83
            = 2 – 1,92
            = 0,08
5.    Nilai %T4 = 51
OD = 2 – Log %T
            = 2 – Log 51
            = 2 – 1,71
            = 0,29
6.    Nilai %T5 = 21
OD = 2 – Log %T
            = 2 – Log 21
            = 2 – 1,32
            = 0,68
7.    Nilai %T6 = 11
OD = 2 – Log %T
            = 2 – Log 11
            = 2 – 1,04
            = 0,96
8.    Nilai %T7 = 11
OD = 2 – Log %T
            = 2 – Log 11
            = 2 – 1,04
            = 0,96
9.    Nilai %T8 = 14
OD = 2 – Log %T
            = 2 – Log 14
            = 2 – 1,15
            = 0,85
§  Nilai waktu generasi
(g) = 60 jam.

0 comments:

Post a Comment