ANEMIA
SEL SABIT
Penyakit Sel Sabit (sickle cell disease/ sickle cell anemia)
adalah suatu penyakit keturunan yang ditandai dengan sel darah merah yang
berbentuk sabit, kaku, dan anemia hemolitik kronik (Sjaifulla, 1999).
Sel darah merah atau eritrosit adalah merupakan cairan
bikonkaf yang tidak berinti yang kira-kira berdiameter 8 m, tebal bagian tepi 2
m pada bagian tengah tebalnya 1 m atau kurang. Oleh karena sel itu lunak dan
lentur, maka dalam perjalanannya melalui mikrosirkulasi konfigurasinya berubah.
Stroma bagian luar yang mengandung protein terdiri dari antigen kelompok A dan
B serta faktor Rh yang menentukan golongan darah seseorang. Komponen utama sel
darah merah adalah protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut O2 dan CO2
dan mempertahankan pH normal melalui serangkaian dapar intrasellular.
Molekul-molekul Hb terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida (globin) dan 4
gugus heme, masing-masing mengandung sebuah atom besi. Konfigurasi ini
memungkinkan pertukaran gas yang sangat sempurna (Sylvia, 1995).
Sel darah merah,
eritrosit (en:red blood cell, RBC, erythrocyte) adalah jenis sel darah yang paling banyak
dan berfungsi membawa oksigen
ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah
dalam hewan bertulang belakang. Bagian dalam
eritrosit terdiri dari hemoglobin,
sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan mengambil
oksigen dari paru-paru dan
insang, dan oksigen akan
dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler. Warna
merah sel darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur
pembuatnya adalah zat besi.
Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang
belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak
terdapat nukleus.
Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan
(Wikipedia, 2011).
Hemoglobin (Hb)
merupakan unsur utama dalam sel darah merah dan mempunyai
peranan penting dalam pengangkutan oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh, dan sebaliknya mengangkut karbon dioksida dari
jaringan ke paru-paru untuk dibuang. Hemoglobin berupa
pigmen yang terdapat di dalam eritrosit, terdiri dari
persenyawaan antara heme dan globin dan mempunyai berat molekul
64.000 Dalton. Hemoglobin mengandung oksigen-transportasi metalloprotein
dalam sel darah merah dari vertebrata jaringan dan beberapa invertebrata.
Hemoglobin dalam darah yang mengangkut oksigen dari par-paru atau insang ke seluruh tubuh (yaitu jaringan). Kapasitas hemoglobin untuk mengikat oksigen
bergantung pada keberadaan gugus prostetik yaitu gugus heme. Heme adalah suatu persenyawaan kompleks yang terdiri dari sebuah atom Fe yang terletak ditengah-tengah struktur porfirin.
Setiap molekul hemoglobin mengandung 4 heme. Berikut
gambar struktur heme (Wikipedia, 2011).
Globin adalah suatu protein yang terdiri dari
2 pasang rantai polipeptida, yang terdiri dari 2 pasang rantai dengan jumlah, jenis dan urutan asam
amino tertentu. Masing-masing
rantai polipeptida mengikat 1 gugus heme. Manusia mempunyai 6 rantai
polipeptida globin yaitu yang terdiri dari rantai ß dan rantai α (Anonim, 2009).
Hemoglobin sel sabit (HbS) merupakan hasil dari
mutasi-pasangan basa tunggal pada gen untuk rantai beta-globin hemoglobin
dewasa. Adenin untuk timin substitusi adenin di kodon keenam menggantikan asam
glutamat dengan valin dalam posisi asam amino keenam-globin rantai beta. Penggantian ini berbeda menghasilkan hemoglobin
elektroforesis dijelaskan oleh Linus Pauling pada tahun 1949. Dalam bentuk terdeoksigenasi dari HbS, beta-6
valin menjadi terkubur di dalam saku hidrofobik pada rantai beta-globin yang
berdekatan, bergabung dengan molekul bersama-sama untuk membentuk polimer tidak
larut. Dalam konsentrasi yang cukup, polimer
ini tidak larut menimbulkan morfologi sabit klasik. Proses ini menyebabkan
kerusakan parah pada membran sel darah merah. Sel darah merah Sickled mungkin
kemudian agregat dan pergi ke menyebabkan obstruksi mikrovaskuler. Juga,
sel-sel merah abnormal mematuhi sel endotel dan dapat berinteraksi dengan
berbagai sitokin (Morengo, 2006).
Pada penyakit sel sabit, sel darah merah memiliki hemoglobin
(protein pengangkut oksigen) yang bentuknya abnormal, sehingga mengurangi
jumlah oksigen di dalam sel dan menyebabkan bentuk sel menjadi seperti sabit.
Sel yang berbentuk sabit akan menyumbat dan merusak pembuluh darah terkecil
dalam limpa, ginjal, otak, tulang, dan organ lainnya; dan menyebabkan
berkurangnya pasokan oksigen ke organ tersebut. Sel sabit ini rapuh dan akan
pecah pada saat melewati pembuluh darah, menyebabkan anemia berat, penyumbatan
aliran darah, kerusakan organ bahkan sampai pada kematian (Anonim, 2009).
Sickle cell anemia (SCA) adalah
penyakit genetik yang resesif, artinya seseorang harus mewarisi dua gen pembawa
penyakit ini dari kedua orangtuanya. Hal inilah yang menyebabkan penyakit SCA
jarang terjadi. Seseorang yang hanya mewarisi satu gen tidak akan menunjukkan
gejala dan hanya berperan sebagai pembawa. Jika satu pihak orangtua mempunyai
gen sickle cell anemia dan yang lain merupakan pembawa, maka terdapat 50%
kesempatan anaknya menderita sickle cell anemia dan 50% kesempatan sebagai
pembawa (Anonim, 2009).
Anemia yang disebabkan
ketidakabnormalan eritrosit yang terbentuk seperti bulan diturunkan semi dominan
(Anonim, 2011):
1. Kekurangan
zat besi, asam folat, vitamin B12, karnitin.
2. Penghambat
eritropoietin (peradangan, hiperparatiroidisme.
3. Pendarahan.
4. Umur
sel darah merah yang memendek (misalnya pada anemia hemolitik, anemia sickle
cell/ anemia bulan sabit.
Hemoglobin sickle cell
(Hb S) merupakan hemoglobin abnormal pertama yang dideteksi, yang disebabkan
perubahan asam amino ke-6 dari 146 asam amino pada rantai beta globin, dimana
glutamic acid menjadi valin atau disingkat β 6 glu→val yang dihasilkan dari
perubahan nukleotida A→T. Pada keadaan di mana kadar O2 rendah, maka sel darah
merahnya akan berbentuk abnormal (seperti bulan sabit).
Sel darah merah menjadi
bentuk bulan sabit, bila (Anonim, 2011):
1. Sel
kekurangan O2: terjadi di puncak gunung atau selama penerbangan bila pada kabin
tidak pressurized.
2. Tubuh
membutuhkan banyak O2 misalnya saat olahraga (keras dan lama), bila kelelahan
atau kurang tidur.
3. Tubuh
mengalami dehidrasi.
4. Temperature
di luar tubuh rendah.
Hal-hal yang dapat menjadi penyebab anemia sel sabit adalah
(Sylvia, 1995):
a.Infeksi
b.Disfungsi
jantung
c.Disfungsi
paru
d.Anastesi
umum
e.Dataran
tinggi
f.Menyelam
Anemia sel sabit adalah penyakit keturunan (lumayan langka),
kelainan bentuk sel darah merah yang harusnya bulat (pipih di tengah) malah
berbentuk seprti bulan sabit, efeknya mengganggu peredaran darah, soalnya
dengan bentuk bulan sabit, sel darah bakal susah melewati pembuluh darah
(apalagi yang sempit), bisa terjadi penyumbatan sel darah, sampe iritasi/ luka
dalam (anonim, 2011).
Sickle
cell anemia juga disebabkan karena adanya mutasi pada rantai β-globin dari
hemoglobin, yang menyebabkan pertukaran asam glutamat (suatu asam amino) dengan
asam amino hidrofobik valin pada posisi 6. Gen yang bertanggung jawab
menyebabkan SCA merupakan gen autosom dan dapat ditemukan di kromosom nomor 11.
Penggabungan dari dua subunit α-globin normal dengan dua subunit β-globin mutan
membentuk hemoglobin S (HbS). Rata-rata sel darah merah (SDM) orang dewasa
mengandung 96% HbA (α2β2), 3% HbA2 (α2O2)
dan 1% Hb janin (HbF, α2γ2). Pada kondisi kadar oksigen
rendah, ketidakhadiran asam amino polar pada posisi 6 dari rantai β-globin
menyebabkan terbentuknya ikatan non-kovalen di hemoglobin yang menyebabkan
perubahan bentuk dari sel darah merah menjadi bentuk sabit dan menurunkan
elastisitasnya. Pada homozigot semua HbA diganti oleh HbS, sedang pada
heterozigot hanya separuh yang diganti (Anonim, 2011).
Pada deoksigenasi,
molekul HbS mengalami polimerasi, suatu proses yang kadang-kadang disebut
gelatin/ kristalisasi. Perubahan fisik HbS menyebabkan distorsi sel darah merah
yang mengambil bentuk bulan sabit. Pembentukan sel sabit (Sickling) pada
awalnya reversible dengan oksigenasi, tapi setiap episode pembuatan sel sabit
akan menyebabkan kerusakan membran sehingga sel mengalami penimbunan kalsium,
kehilangan kalium dan air sehingga
menjadi bentuk sabit secara irreversibel, walaupun mendapat oksigenasi yang
memadai (Anonim, 2011).
Beberapa faktor yang
mempengaruhi sicklins yaitu (Anonim, 2011):
1.
Adanya hemoglobin selain HbA pada
heterozigot, sekitar 40% Hb adalah HbS; sisanibanding deya adalah HbA yang
berinteraksi secarah lemah dengan HbS selama proses agregasi, oleh karena itu
sel darah merah heterozigot tidak mudah mengambil bentuk sabit, dan orang-orang
ini dikatakan memiliki sifat sel sabit. HbC, β-globin mutan lainnya memiliki
kecenderungan lebih besar untuk membentuk agregat dengan HbS dibanding dengan
HbA, sehingga mereka yang memiliki HbC dan HbS (disebut penyakit HbSC) mengidap
penyakit parah dibanding mereka yang memiliki sifat sel sabit.
2.
Konsentrasi HbS di sel kecenderungan HbS
bentuk terdeoksigenasi membentuk polimer tak larut yang menyebabkan terjadinya bentuk sabit
sangat bergantung pada konsentrasi HbS. Dengan meningkatkan MCHC sangat
mempermudah terjadinya pembentukan sabit, konsentrasi HbS yang rendah
mempermudah mempermudah pengurangan sicklins simtomatik pada heterozigot.
3.
Durasi sel darah merah terpajan tegangan
O2 rendah, waktu transit normal untuk sel darah merah melintasi
kapiler kurang memadai untuk memicu pembentukan agregat Hbs terdeoksigenasi
secara signifikan, oleh karena itu pembentukan sel sabit terbatas pada jaringan
mikrovaskular yang aliran darahnya lambat (Biasanya limfa dan sumsum tulang)
atau pada jaringan yang mengalami inflamasi.
Konsekuensi sickling (Anonim,
2011):
1.
Hemolisis kronik: episode sikling yang
berulang akan merusak membrane sel darah merah sehingga sel-sel tersebut
berubah menjadi sel sabit yang irreversible. Sel yang kaku dan tidak bisa
melakukan deormasi ini mudah mengalami sekuestrasi dan destuksi, umur sel darah
merah akan memendek menjadi 20 hari.
2.
Oklusi mikrovaskuler karena kehilangan
elastisitas dan kecenderungan melekat pada endoter kapiler, sel-sel sabit akan
menyumbat pembuluh darah kecil. Menghasilkan kerusakan sumsum tulang dan
limatik pada beberapa organ.
Sickle cell anemia ini hampir secara
eksklusif menyerang orang kulit hitam. Sekitar 10% orang kulit hitam di AS
hanya memiliki 1 gen untuk penyakit ini (mereka memiliki rantai sel sabit) dan
tidak menderita penyakit sel sabit. Sekitar 0,3% memiliki 2 gen dan menderita
penyakit sel sabit (Anonim, 2009).
Anemia, nyeri lambung dan nyeri
tulang serta mual-mual pada seorang kulit hitam merupakan tanda yang khas untuk
krisis sel sabit. Pada pemeriksan contoh darah dibawah mikroskop, bisa terlihat
sel darah merah yang berbentuk sabit dan pecahan dari sel darah merah yang
hancur. Elektroforesis bisa menemukan adanya hemoglobin abnormal dan
menunjukkan apakah seseorang menderita penyakit sel sabit atau hanya memiliki
rantai sel sabit. Penemuan rantai sel sabit ini penting untuk rencana
berkeluarga, yaitu untuk menentukan adanya resiko memiliki anak yang menderita
penyakit sel sabit (Anonim, 2009).
Sickle
cell anemia merupakan penyakit genetis yang tidak dapat disembuhkan. Selain
dengan transplantasi sumsum tulang, saat ini belum ditemukan pengobatan
permanen untuk penyakit ini. Namun transplantasi melibatkan prosedur yang rumit
dan bukan merupakan terapi pilihan. Untuk dapat melakukan transplantasi,
penderita harus mendapatkan donor yang cocok (biasanya diperoleh dari anggota
keluarga yang tidak menderita sickle cell anemia) dengan resiko rendah
terjadinya reaksi penolakan oleh tubuh. Walaupun demikian, terdapat resiko yang
nyata dari prosedur ini dan selalu ada kemungkinan terjadinya penolakan organ
transplantasi oleh tubuh penerima (Anonim, 2009).
Gambaran klinis dari
anemia sel sabit yaitu (Anonim, 2011):
1. Kadar
Hb dalam darah bervariasi antara 6-10g/dL
2. Splenomegaly
3. Infeksi
berulang
4. Hand-foot
syndrome: painfull swelling pada tangan dan kaki. Pengaruh penyakit ini pada
usia harapan hidup penderita bervariasi dan tingkat mortalitas tidak mengalami
peningkatan bila penderita memperoleh pengobatan yang baik, sedangkan infeksi
merupakan penyebab kematiannya.
Namun, tanpa pengobatan sekalipun seorang penderita SCA masih
dapat hidup normal. Pengobatan dilakukan hanya untuk mengurangi rasa sakit dan
penggunaan antibiotik untuk mencegah infeksi berbahaya akibat bakteri (seperti
sepsis/infeksi yang terjadi di darah, meningitis, dan pneumonia) yang dapat
menyebabkan kematian pada penderita, terutama bayi. Hidroksiurea, yang telah
dikenal sebagai obat antitumor ternyata dapat pula digunakan untuk terapi bagi
penderita, terutama pada bayi. Hidroksiurea meningkatkan pembentukan sejenis
hemoglobin (terutama ditemukan pada janin) yang akan menurunkan jumlah sel
darah merah yang berubah bentuknya menjadi sabit. Oleh karena itu, obat ini
mengurangi frekuensi terjadinya krisis sel sabit dan juga terbukti dapat
menekan rasa sakit serta mencegah komplikasi penyakit pada anak-anak dan orang
dewasa. Penelitian lebih lanjut masih dilakukan untuk mengetahui keamanan dan
efek jangka panjang penggunaannya (Anonim, 2009).
Saat ini sedang dikembangkan teknik
pengobatan baru untuk sickle cell anemia, yaitu dengan terapi gen. Terapi
genetik merupakan teknik penanaman gen normal ke dalam sel-sel prekursor (sel
yang menghasilkan sel darah). Namun, teknik ini masih dalam tahap penelitian
dan baru diujicobakan pada tikus. Walaupun para peneliti khawatir akan sulitnya
menerapkan terapi gen pada manusia, mereka yakin bahwa terapi baru ini akan menjadi
pengobatan yang penting untuk penyakit sickle cell anemia (Anonim,
2009).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009, Darah, http://darah.htm,
diakses pada tanggal 23 Februari 2011 pukul 10.30 WITA.
Anonim, 2011, Sickle Cell, http://sicle_cell.htm, diakses pada tanggal 23
Februari 2011 pukul 10.30 WITA.
Marengo,
Alain J., 2006, Struktur-Fungsi hubungan
dari hemoglobin manusia, http://translate.htm, diakses pada
tanggal 23 Februari 2011 pukul 10.30 WITA.
Sjaifullah,
Noer, 1999, Ilmu Penyakit Dalam, jilid II,
FKUI, Jakarta.
Sylvia,
Price A., 1995, Patofisisologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume
1. EGC: Jakarta.
Wikipedia,
2011, Hemoglobin, http://Hemoglobin-Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm, diakses pada
tanggal 23 Februari 2011 pukul 10.30 WITA.
0 comments:
Post a Comment