Thursday, November 29, 2012


KANDUNGAN FENOLIK PADA BUAH JAMBU BIJI DAN MENGKUDU

JAMBU BIJI

Jambu biji, buah ajaib yang akrab dalam kehidupan kita, punya multimanfaat bagi kesehatan. Buah ini sangat kaya vitamin C dan beberapa jenis mineral yang mampu menangkal berbagai jenis penyakit degeneratif, serta menjaga  kebugaran tubuh. Daun dan kulit batangnya mengandung zat antibakteri, yang dapat menyembuhkan beberapa jenis penyakit.
Jambu biji secara taksonomi tergolong ke dalam famili Myrtaceae, genus Psidium, spesies guajava. Karena itu, dalam bahasa Latin disebut Psidium guajava. Dalam bahasa Inggris jambu biji dikenal sebagai guava, sedangkan di Indonesia disebut juga jambu batu, jambu klutuk, atau jambu siki.
Daun jambu kaya akan senyawa flavonoid, khususnya quercetin. Senyawa inilah yang memiliki aktivitas antibakteri dan yang berkontribusi terhadap efek antidiare. Polifenol yang ditemukan pada daun diketahui memiliki aktivitas sebagai antioksidan.
Daun jambu biji mengandung banyak phenolic phytokimia yang dapat menghambat reaksi peroksidasi di dalam tubuh sehingga dapat mencegah dari berbagai penyakit kronis seperti diabetes, kanker, dan jantung. Ekstrak teh daun jambu biji dapat menghambat aktifitas radikal bebas, sehingga teh daun jambu biji dapat dijadikan suplemen minuman kesehatan.
Seperti halnya daun jambu, kulit batang tanaman ini juga memiliki aktivitas antibakteri. Ekstrak dari kedua bagian tanaman ini secara in vitro bersifat toksik terhadap beberapa bakteri penyebab diare, seperti Staphylococcus, Salmonella, Shigella, Bacillus, Escherichia coli, Clostridium, dan Pseudomonas.
Vitamin C pada jambu biji sebagian besar terdapat pada kulit dan daging buah, dan paling  tinggi saat buah menjelang matang. Karena itu, untuk mendapatkan manfaat vitamin C secara maksimal, buah sebaiknya dikonsumsi menjelang matang.
Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh, antara lain sebagai ko-enzim dan ko-faktor. Fungsi vitamin C berkaitan erat dengan pembentukan kolagen, sintesis karnitin yang berperan dalam pengangkutan asam lemak rantai panjang, meningkatkan serapan dan metabolisme zat besi dan absorpsi kalsium, serta menguatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi, termasuk infeksi virus dengue. Hal inilah yang menyebabkan buah jambu biji dapat membantu mengatasi penyakit DBD.
Dari 97 varietas jambu biji yang tersebar di seluruh dunia, hanya jambu biji yang daging buahnya merah yang diyakini mampu menyembuhkan deman berdarah. Jambu biji yang buahnya  berdaging merah antara lain adalah Khemer merah, jambu biji Pasarminggu, dan jambu biji merah Getas.
Jambu biji merah mengandung zat golongan flavonoid, yaitu quersetin, salah satu dari 4.000 jenis flavonoid. Ekstrak Daun Jambu Biji Selain buah, daun jambu biji tua juga mengandung berbagai komponen yang berkhasiat mengatasi penyakit DBD. Hasil penelitian Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran dan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga menunjukkan, ekstrak daun jambu biji dapat menghambat perkembangan virus dengue dan mempercepat peningkatan jumlah trombosit darah.
Daun jambu biji diekstrak menggunakan alat yaitu rotavapor. Ekstrak daun jambu biji mengandung senyawa flavonoid dan tanin. Flavonoid merupakan kelompok pigmen tanaman yang memberikan warna pada buah-buahan. Flavonoid merupakan komponen fenol, yaitu bioaktif yang akan mengubah reaksi tubuh terhadap senyawa lain. Dengan demikian, flavonoid mempunyai aktivitas sebagai antivirus dan antioksidan.
Kelompok senyawa tanin dan flavonoid yang dinyatakan sebagai quersetin biasa ditemukan pada tumbuhan kelas Angiospermae. Quersetin dalam ekstrak daun jambu biji dapat menghambat aktivitas enzim reverse transkriptase, yaitu enzim yang diperlukan oleh virus untuk mereplikasi diri. Dengan demikian, quersetin dapat menghambat pertumbuhan virus berinti RNA.
Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik menunjukkan, ekstrak daun jambu biji teruji secara klinis dapat meningkatkan jumlah trombosit hingga 100 ribu per mm3 tanpa menimbulkan efek samping. Peningkatan tersebut dapat tercapai dalam waktu 8-48 jam setelah mengkonsumsi ekstrak daun jambu biji. Asam amino dalam daun jambu biji mampu membentuk trombopoitin dari serin dan treonin, yang berfungsi dalam proses maturasi megakariosit menjadi trombosit.
Khusus daun jambu biji, penelitian yang pernah dilakukan umumnya khasiatnya sebagai ainti diare. Disamping itu, jambu biji mempunyai khasiat sebagai anti inflamasi, anti mutagenik, anti mikroba dan analgesik. Beberepa senyawa kimia yang terkandung dalam jambu biji antara lain, polifenol, karoten, flavonoid dan tannin. Dengan adanya kandung an senyawa itu diperkirakan daun jambu biji juga mempunyai aktivitas antioksidan yang erat khasiatnya dalam mengobati berbagai penyakit.
  MENGKUDU


Senyawa terpenoid adalah senyawa hidrokarbon isometrik yang juga terdapat pada lemak/ minyak esensial (essential oils), yaitu sejenis lemak yang sangat penting bagi tubuh. Zat-zat terpenoid membantu tubuh dalam proses sintesa organik dan pemulihan sel-sel tubuh.
Acubin, L. asperuloside, alizarin dan beberapa zat antraquinon telah terbukti sebagai zat anti bakteri. Zat-zat yang terdapat di dalam buah mengkudu telah terbukti menunjukkan kekuatan melawan golongan bakteri infeksi Pseudonzonas aeruginosa, Proteus morganii, Staphylo­coccus aureus, Bacillus subtilis dan Escherichia coli.
Pengujian selanjutnya menunjukkan bahwa kegiatan zat anti bakteri dalam buah mengkudu dapat mengontrol dua golongan bakteri yang mematikan (pathogen), yaitu: Salmonella dan Shigella. Penemuan zat-zat anti bakteri dalam sari buah mengkudu mendukung kegunaannya untuk merawat penyakit infeksi kulit, pilek, demam dan berbagai masalah kesehatan yang disebabkan oleh bakteri.
Asam askorbat yang ada di dalam buah mengkudu adalah sumber vitamin C yang luar biasa. Vitamin C merupakan salah satu antioksidan yang hebat. Antioksidan bermanfaat untuk menetralisir radikal bebas (partikel-partikel berbahaya yang terbentuk sebagai basil samping proses metabolisme, yang dapat merusak materi genetik dan merusak sistem kekebalan tubuh). Asam kaproat, asam kaprilat dan asam kaprik termasuk golongan asam lemak. Asam kaproat dan asam kaprik inilah yang menyebabkan bau busuk yang tajam pada buah Mengkudu.
Pada tahun 1993, peneliti universitas Hawaii berhasil memisahkan zat-zat scopoletin dari buah Mengkudu. Zat-zat scopoletin ini mempunyai khasiat pengobatan, dan sebagai tambahan para ahli percaya bahwa scopoletin adalah salah satu di antara zat-zat yang terdapat dalam buah mengkudu yang dapat mengikat serotonin, salah satu zat kimiawi penting di dalam tubuh manusia.
Scopoletin berfungsi memperlebar saluran pembuluh darah yang mengalami penyempitan dan melancarkan peredaran darah. Selain itu scopoletin juga telah terbukti dapat membunuh beberapa tipe bakteri, bersifat fungisida (pembunuh jamur) terhadap Pythium sp dan juga bersifat anti peradangan dan anti alergi.
Beberapa penelitian terbaru tentang mengkudu dilakukan untuk mengetahui kandungan zat-zat anti­kanker (damnacanthal). Empat ilmuwan Jepang berhasil menemukan zat anti kanker pada ekstrak mengkudu ketika mereka sedang mencari zat-zat yang dapat merangsang pertumbuhan struktur normal dari sel­sel abnormal K-ras-NRK (sel pra kanker) pada 500 jenis ekstrak tumbuhan. Ternyata zat anti kanker pada mengkudu paling efektif melawan sel-sel abnormal.
Secara keseluruhan mengkudu merupakan bahan makanan yang bergizi lengkap. Sebagian besar adat budaya Polinesia masa lampau maupun sekarang, menggunakan buah mengkudu sebagai makanan utama. Penduduk asli kepulauan Pasifik Selatan mengkonsumsi buah mengkudu untuk dapat bertahan hidup pada waktu kelaparan. Demikian pula, para prajurit yang menetap di kepulauan Polinesia selama perang dunia II dianjurkan untuk mengkonsumsi buah mengkudu untuk menambah kekuatan dan tenaga.

0 comments:

Post a Comment